![]() |
image from: www.worldwildlife.org |
When the Zen Master attained Enlightenment he wrote the following lines to celebrate it:
“Oh wondrous marvel:
I chop wood!
I draw water from the well!”
After enlightenment nothing really changes. The tree is still a tree; people are just what they were before; and so are you. You may continue to be as moody or eventempered, as wise or foolish. The one difference is that you see things with a different eye. You are more detached from it all now. And your heart is full of wonder.
That is the essence of Contemplation: the Sense of Wonder.
Contemplation is different from ecstasy in that ecstasy leads to withdrawal. The enlightened contemplative continues to chop wood and draw water from the well. Contemplation is different from the perception of beauty in that the perception of beauty (a painting or a sunset) produces aesthetic delight, whereas con-templation produces wonder—no matter what it observes, a sunset or a stone.
This is the prerogative of children. They are often in a state of wonder. So they easily slip into the Kingdom.
(Anthony de Mello, "The Song of The Bird")
Aku memotong kayu!
Ketika seorang guru Zen mencapai penerangan budi, ia menulis baris-baris berikut ini untuk memperingatinya:
"Wahai, keajaiban yang mengagumkan:
Aku memotong kayu!
Aku menimba air sumur!"
Bagi kebanyakan orang, tidak ada sesuatu yang mengagumkan dalam perbuatan sehari-hari seperti menimba air dari sumur atau memotong kayu. Sesudah penerangan budi sebetulnya tidak ada sesuatu pun yang berubah.
Segala sesuatu tetap sama. Hanya saja sejak saat itu hatimu penuh rasa kagum. Pohon masih tetap pohon. Orang-orang masih tetap sama seperti dulu, demikian juga engkau. Kehidupan berjalan terus, tiada bedanya. Mungkin kamu masih pemurung atau pemarah, penuh pertimbangan atau gegabah, sama seperti sebelumnya. Tetapi ada satu perbedaan besar: Sekarang semuanya itu kau lihat dengan mata yang berbeda. Engkau semakin terlepas dari semuanya. Dan hatimu penuh dengan rasa kagum.
Inilah inti dari kontemplasi: ada rasa kagum.
Kontemplasi berbeda dengan ekstase, karena ekstase membuat orang mengasingkan diri. Seorang kontemplatif yang telah mendapat penerangan budi tetap akan memotong kayu atau menimba air dari sumur. Kontemplasi berbeda dengan menikmati keindahan, karena menikmati keindahan (sebuah lukisan atau matahari terbenam) menimbulkan kepuasan estetis, sedangkan kontemplasi menimbulkan rasa kagum -- entah apa yang dilihat, matahari terbenam atau sebongkah batu saja.
Inilah keistimewaan yang terdapat pada anak kecil:
Sering ia merasa kagum. Maka selayaknya ia masuk ke dalam Kerajaan Surga.
(Anthony de Mello, "Burung Berkicau")
No comments:
Post a Comment