Saturday, May 23, 2015

Mindfulness of Anger

image from: www.wallpaperhdnew.com


When we are angry, our anger is our very self. To suppress or chase it away is to suppress or chase away our self. When we are joyful, we are the joy. When we are angry, we are the anger.



When we are angry, we are not usually inclined to return to ourselves. We want to think about the person who is making us angry, to think about his hateful aspects—his rudeness, dishonesty, cruelty, maliciousness, and so on. The more we think about him, listen to him, or look at him, the more our anger flares.



We need anger in the way the organic gardener needs compost. If we know how to accept our anger, we already have some peace and joy. Gradually we can transform anger completely into peace, love, and understanding. 



(Thich Nhat Hanh, "Peace is Every Step")



Kesadaran Amarah


Ketika kita marah, kemarahan kita adalah sungguh-sungguh diri kita sendiri. Menekannya atau mengusirnya adalah menekan atau mengusir diri kita sendiri.

Ketika kita gembira, kita adalah kegembiraan. Ketika kita marah, kita adalah kemarahan.


Ketika kita marah, kita biasanya cenderung tidak kembali kepada diri kita sendiri. Kita ingin memikirkan orang yang membuat kita marah, memikirkan segi-segi kebencian -- kekasarannya, ketidakjujurannya, kekejamannya, kejahatannya, dan sebagainya. Makin kita berpikir tentang dia, mendengarkan dia, atau melihat dia, kemarahan kita makin berkobar 



Kita membutuhkan kemarahan seperti tukang kebun membutuhkan kompos. Jika kita tahu bagaimana menerima kemarahan kita, kita telah memiliki sebagian kedamaian dan kegembiraan. Secara bertahap kita dapat mengubah kemarahan menjadi kedamaian dengan utuh, kasih, dan pengertian.


(Thich Nhat Hanh, "Peace is Every Step")

No comments:

Post a Comment