The Anthology of the Patriarchal Hall tells us that in 527 during the Liang Dynasty, Bodhidharma, the first Patriarch of Chán, visited the Emperor Wu (Emperor Xiāo Yǎn 蕭衍 (posthumous name Wǔdì 武帝) of Liáng 梁 China), a fervent patron of Buddhism.
Emperor Wu : How much karmic merit have I earned for ordaining Buddhist monks, building monasteries, having sutras copied, and commissioning Buddha images?
Bodhidharma : None. Good deeds done with worldly intent bring good karma, but no merit.
Emperor Wu : So what is the highest meaning of noble truth?
Bodhidharma : There is no noble truth, there is only void.
Emperor Wu : Then, who is standing before me?
Bodhidharma : I know not, Your Majesty.
Another version is the case 1 of hekiganroku (http://perso.ens-lyon.fr/eric.boix/Koan/Hekiganroku/index.html)
Kekosongan
Dikisahkan, dalam perjalanannya ke negeri Cina, Bodhidharma mengunjungi Kaisar Wǔdì dari Dinasti Liang, yang dikenal sebagai penganut ajaran Buddha yang taat serta telah banyak mendukung penyebaran agama Buddha.
Kaisar : Seberapa besar jasa kebajikan yang telah saya kumpulkan dengan menyantuni para bhikkhu, membangun vihara, memperbanyak kitab-kitab suci, dan membuat gambar-gambar buddha?
Bodhidharma : Tidak ada. Perbuatan baik yang dilakukan dengan cara-cara duniawi membawa karma baik, tetapi tidak ada kebajikan apa pun.
Kaisar : Lalu, apakah inti dari Kebenaran Mulia?
Bodhidharma : Tidak ada Kebenaran Mulia, yang ada hanyalah kekosongan.
Kaisar : Siapakah engkau yang berdiri di hadapanku?
Bodhidharma : Saya tidak tahu, Yang Mulia.
No comments:
Post a Comment