Friday, March 11, 2016

Bayazid Breaks The Rule

image from: www.en.wikipedia.org

Bayazid, the Moslem saint, would sometimes deliberately act against the outward forms and rituals of Islam.

It once happened that, on his way back from Mecca, he stopped at the Iranian town of Key. The townsfolk, who revered him, rushed to make him welcome and created a great stir in the town. Bayazid, who was quite tired of this adulation, waited till he reached the market place. There he bought a loaf of bread and began to munch it in full view of his followers. It was a day of fasting in the month of Ramazan but Bayazid knew that his journey justified the breaking of the law.

Not so his followers. They were so shocked at his behaviour that they promptly left him and went back to their homes. Bayazid impishly remarked to a disciple, “Did you see how the moment I did something contrary to their expectation, their veneration vanished?”

The price you pay for veneration is conformity.

(Anthony de Mello SJ, "The Song Of The Bird")


Bayazid Melanggar Aturan

Bayazid seorang Muslim yang suci, kadang-kadang dengan sengaja melanggar bentuk-bentuk lahir dari upacara agamanya.

Pada suatu hari, ketika ia pulang dari Mekah, ia singgah di kota Rey di Iran. Penduduk kota sangat menaruh hormat padanya, keluar mengelu-elukannya sampai seluruh kota menjadi gempar. Bayazid yang sudah jenuh akan pendewaan serupa itu menunggu hingga ia sampai di pinggir pasar. Di sana ia membeli sepotong roti, lalu mulai memakannya di muka umum. Padahal waktu itu bulan puasa. Akan tetapi Bayazid yakin, bahwa dalam perjalanan ia tidak terikat pada peraturan-peraturan agama.

Tetapi para pengikutnya tidak berpikir demikian. Maka mereka begitu dikecewakan oleh perbuatan itu, sehingga mereka semua segera meninggalkannya dan pulang. Bayazid dengan rasa puas berkata kepada salah seorang muridnya:
"Lihat, begitu aku berbuat sesuatu yang berlawanan dengan harapan mereka, rasa hormat mereka terhadapku hilang lenyap."

Kebanyakan orang memerlukan seorang suci untuk disembah dan seorang guru untuk dimintai nasehat. Ada persetujuan diam-diam: Engkau harus hidup sesuai dengan harapan kami, dan sebagai gantinya kami akan menghormatimu. "Permainan" kesucian!

(Anthony de Mello SJ, "Burung Berkicau")

No comments:

Post a Comment